Senandung Ibu Pertiwi
merupakan suatu pameran lukisan. Lukisan yang dipamerkan berasal dari 5
Istana Presiden Indonesia. Pameran ini dipersembahkan oleh Kementrian
Sekretariat Negara dalam rangka menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang
ke-72. Pameran ini berlangsung dari 2 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2017.
Pameran ini dibuka mulai dari jam 10 pagi sampai dengan jam 8 malam. Disini
kita dapat melihat 48 lukisan dari 41 pelukis ternama yang terpilih.
Pelukis-pelukis tersebut berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Sebelum masuk ke dalam
pameran, kita harus mengambil nomor antrian, melakukan registrasi dan
menitipkan barang-barang kita. 1 nomor antrian berlaku untuk 5 orang. Jadi
kalau anda pergi ber 5, anda hanya perlu mengambil 1 nomor antrian. Kita
dilarang membawa barang-barang saat masuk ke dalam pameran. Kita juga dilarang memakai jaket dan
membawa tas, untuk lebih jelasnya dapat melihat foto dibawah ini. Jadi kita
hanya diperbolehkan dompet dan handphone.
Setelah menitipkan
barang, kita harus melakukan registrasi. Registrasi dapat dilakukan secara
online maupun offline. Jika anda tidak ingin kerepotan registrasi di sana, anda
dapat melakukan registrasi lebih dahulu di rumah. Anda dapat melakukan
registrasi melalui aplikasi android yang bernama Bek-ID atau melalui website Bek-ID. Setelah melakukan registrasi kita akan diberikan cap. Setelah diberi cap kita
dapat langsung masuk ke gedung pameran.
Cara registrasi online
ialah dengan memilih hari dan jam kapan anda akan berkunjung ke Pameran Lukisan.
Lalu anda akan diberikan kode booking. Keuntungan registrasi online adalah anda
tidak perlu mengantri panjang ketika ingin masuk ke Pameran Lukisan. Tetapi untuk anda yang tidak ingin melakukan registrasi online, jangan
khawatir. Disediakan ruangan ber-AC untuk anda menunggu sehingga anda tetap
dapat menunggu dengan nyaman.
Saat memasuki ruang
pameran kita akan disambut oleh crew-crew yang bekerja dengan semangat dan
penuh keramahan. Kita juga diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan keamanan.
Cukup ketat ya pameran lukisan istana ini... Ini semua dilakukan demi menjaga keamanan
lukisan istana yang dipamerkan dan juga demi keamanan para pengunjung yang sedang berkunjung ke
tempat ini.
Sesampai di dalam
pameran kita akan disambut dengan lukisan-lukisan pemandangan yang indah.
Lukisan di pameran ini terbagi menjadi 4 tema besar, yakni Tradisi dan
Identitas, Keragaman Alam, Dinamika Keseharian, dan Khidmat dalam Kepercayaan
dan Iman. Walaupun terdiri dari berbagai jenis yang berbeda, semua lukisan
bersatu dan saling melengkapi sehingga menghasilkan seni yang penuh harmoni.
Seperti Tanah Air kita Indonesia tercinta yang walaupun terdiri dari berbagai
suku, ras, agama dan golongan tetap hidup dalam keharmonisan.
Tradisi
dan Identitas
Tijul oleh Sudarso
Sudarso seringkali
melukis dengan tema perempuan. Ia memakai wanita di sekitarnya untuk dijadikan
model lukisan. Ia biasanya melukis wanita seluruh badan dengan pose sedang
berdiri atau sedang duduk. Dilukiskan wanita ini sedang memakai pakaian khas
daerahnya yang menambah kecantikan sang wanita tersebut. Menurut Sukarno,
perempuan Indonesia memiliki kecantikan tersendiri dibanding peremuan lain.
Perempuan Indonesia juga pekerja keras. Ia bekerja, membantu suami sekaligus
juga merawat anak-anaknya.
Keragaman
Alam
Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi oleh Abdullah Suriosubroto
Lukisan Abdullah
biasanya beraliran Naturalis. Ia seringkali memilih pegunungan, persawahan,
pepohonan dan langit sebagai objek lukisannya. Lukisan ini mengambarkan
pemandangan sekitar Gunung Merapi yang berlokasi di Yogyakarta, Jawa tengah.
Keahlian melukis pohon dan awan secara detail yang menjadi ciri khas pelukis
ini.
Terang Bulan oleh Wen Poor
Wen Poor merupakan
pelukisan kelahiran tahun 1920. Meskipun ia keturunan Tionghoa, ia lahir di
Padang, Indonesia. Saat berumur 35 tahun, ia mendirikan Lembaga Seniman
Tionghoa bernama Yin Hua bersama teman-temannya. Lembaga tersebut juga
seringkali mengadakan pameran. Lukisan ini dibeli oleh presiden Sukarno pada
saat pameran tersebut diadakan. Lukisan karya Wen Poor begitu kaya akan warna.
Lukisan ini mengambarkan kampung halaman dari nenek moyang Wen Poor yaitu
sebuah perkampungan yang berada di Tiongkok.
Dinamika
Keseharian
Di Sungai Ciliwung oleh S. Toetoer |
Sambutan Rakjat Bali terhadap Presiden Sukarno oleh Ida Bagus Made Widja
Masyarakat Bali begitu
mencintai presiden pertama Indonesia yakni Presiden Sukarno, kecintaan mereka
bahkan sampai detik ini. Digambarkan bahwa beberapa masyarakat sedang bekerja
dan melakukan berbagai aktivitas lain. Walau berada di tengah kerumunan,
Presiden Sukarno tetap nampak menonjol di lukisan ini. Corak lukisan ini begitu
detail dan sangat berciri khas Indonesia.
Subuh/Doa VIII karya Abdul Djalil Pirous
Lukisan tersebut mencerminkan
perpaduan 2 dunia, yakni bagian atas berupa langit yang dipenuhi bintang yang
bersinar terang dengan nuansa hijau dan bagian berupa bumi yang bertekstur.
Serangkaian itu terambil dari Surat Ibrahim, Al Kahfu dan Ali Imran yang
menyiratkan pengampunan, keberkahan, dan bimbingan.
Salah satu tema
lukisan I Gusti Ketut Kobot adalah kehidupan religius di Bali. Lukisan I Gusti
Ketut Kobot sangatlah detail, terlihat dari hiasan kepala yang ada di lukisan
ini. Lukisan ini mengambarkan suasana pada saat pelaksanaan sembahyang di pura.
Terlihat perempuan-perempuan sedang mempersembahkan sesaji. Dan salah seorang
perempuan sedang mendapat air suci di kepalanya dari pemimpin ritual tersebut.
Tiga Pedanda karya Alimin Tamin |
Selain Pameran Lukisan
Istana Senandung Ibu Pertiwi, terdapat pula beberapa pameran lainnya di Galeri
Nasional seperti Pameran Tunggal Budi Ubrux “INDONESIA” yang berada di Gedung
B, Pameran Sejarah “Visualisasi Ekspresi Pahlawan dan Tokoh Perempuan” di
Gedung C, dan Pameran Seni Grafis Kelompok Refreshink
Printmaking “Yes, The Future Has Been
Sold” yang berada di Gedung D.
Saya juga berkesempatan
mengunjungi pameran lainnya yang juga berada di Galeri Nasional. Untuk cerita
lengkapnya, nantikan di post berikutnya ya J
Comments
Post a Comment